Kesehatan mental remaja menjadi isu krusial yang kian disorot seiring dengan meningkatnya tekanan psikososial yang dialami generasi muda. Self-harm (melukai diri sendiri) dan bunuh diri adalah dua masalah utama yang semakin banyak terjadi di kalangan remaja di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab utama kematian kedua di antara usia 15-29 tahun. Sementara itu, self-harm sering kali menjadi tanda awal dari krisis mental yang lebih serius, termasuk bunuh diri.
Self-harm dan bunuh diri sering kali dianggap sebagai bentuk eskapisme yang dilakukan oleh individu yang merasa tidak mampu mengatasi beban emosional yang berat. Pada remaja, faktor-faktor seperti tekanan akademis, perundungan (bullying), masalah hubungan, dan permasalahan keluarga sering kali menjadi pemicu. Ketidakmampuan untuk mengomunikasikan perasaan mereka secara efektif menempatkan remaja pada risiko yang lebih tinggi.
Krisis intervensi pada pasien yang melakukan percobaan bunuh diri menjadi sangat penting untuk mencegah terjadinya tragedi. Oleh karena itu, edukasi mengenai tanda-tanda awal, pemahaman mengenai kondisi emosional remaja, serta teknik intervensi yang tepat menjadi kunci dalam upaya pencegahan.
Salah satu pendekatan yang mulai dilirik dalam upaya pencegahan ini adalah NeuroLinguistic Programming (NLP). NLP, dengan fokusnya pada pola komunikasi, pola pikir, dan perilaku, diyakini dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengubah pemikiran destruktif yang mengarah pada self-harm dan bunuh diri. Melalui teknik NLP, individu diharapkan dapat memiliki keterampilan untuk mengelola emosi, memahami diri sendiri, dan mengembangkan pola pikir yang lebih positif.
Webinar ini akan membahas secara mendalam isu-isu terkait self-harm dan bunuh diri pada remaja, pentingnya krisis intervensi yang cepat dan tepat pada pasien dengan kecenderungan bunuh diri, serta bagaimana penerapan Neuro-Linguistic Programming dapat berperan dalam upaya pencegahan. Diharapkan para peserta, termasuk profesional kesehatan, pendidik, dan masyarakat luas, dapat lebih memahami kompleksitas masalah ini serta memperkuat peran mereka dalam melindungi generasi muda dari bahaya self-harm dan bunuh diri.
a. Meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang Melindungi Generasi Muda: Memahami dan Mencegah Self-Harm pada Remaja, Krisis Intervensi pada Pasien Bunuh Diri, dan Aplikasi Neuro Linguistic Programming dalam Pencegahan SelfHarm dan Bunuh Diri
b. Meningkatkan keterampilan dan kompetensi profesional tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan di Rumah Sakit/klinik
c. Membangun jaringan profesional antara tenaga medis dan praktisi dari seluruh Indonesia.
-