Di Indonesia, gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang gawat darurat sehingga dapat mengakibatkan gangguan penglihatan dan kebutaan. Kegawatdaruratan mata adalah gangguan pada sistem penglihatan yang dapat bersifat permanen apabila tidak ditangani segera. Tanda dan gejala dari kegawatdaruratan mata perlu diketahui dalam penegakan diagnosis yang tepat. Kegawatdaruratan dalam ilmu penyakit mata secara umum dapat terbagi dua, yaitu non trauma dan trauma mata. Kegawatdaruratan mata mempunyai manifestasi klinis yang beragam dan bisa terjadi pada semua kalangan usia dan jenis kelamin. Hal tersebut berkaitan dengan masalah sosioekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat setempat, dimana banyak yang tidak sekolah dan tingginya angka kemiskinan.
Tekanan darah tinggi menjadi penyebab retinopati hipertensi yang paling utama. Penyakit yang juga sering disebut hipertensi ini adalah masalah kronis yang terjadi ketika tekanan darah dalam arteri terlalu tinggi. Seseorang didiagnosis mengalami hipertensi jika peningkatan tekanan darah sistoliknya lebih dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali dengan jarak waktu lima menit dalam kondisi cukup istirahat. Pembuluh darah yang menyempit akibat tekanan darah tinggi dinyatakan sebagai penyebab retinopati hipertensi. Asupan darah yang kurang karena sempitnya pembuluh membuat retina tak bekerja sebagaimana mestinya. Pelan-pelan, retina mulai kehilangan kemampuannya dalam membentuk penglihatan dan pada akhirnya menyebabkan kebutaan. Selain hipertensi, kolesterol tinggi berkontribusi terhadap munculnya retinopati ini karena tersumbatnya pembuluh darah.
Untuk menghasilkan anestesi yang aman dan efektif, dibutuhkan kemampuan yang baik bagi dokter anestesi dan dokter mata. Anestesi pada mata dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun lokal. Anestesi lokal lebih banyak digunakan pada operasi mata dengan berbagai macam pertimbangan. Jenis-jenis anestesi lokal yaitu, anestesi topikal, anestesi infiltrasi dan blok saraf fasialis. Anestesi infiltrasi seperti retrobulbar, peribulbar, subtenon infiltrasi, subkonjungtiva dan intra kameral, masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Pemilihan teknik anestesi tergantung dari kebutuhan pasien, jenis operasi dan preferensi dari operator.
Memberikan pengetahuan mengenai kegawat daruratan penyakit mata terkait penyakit sistemik yang mengancam kebutaan, penyebab, cara pencegahan serta pengobatannya pada berbagai tingkatan fasilitas kesehatan.
Peserta mampu memahami kegawat daruratan penyakit mata terkait penyakit sistemik yang mengancam kebutaan, penyebab, cara pencegahan serta pengobatannya pada berbagai tingkatan fasilitas kesehatan.