Dalam era globalisasi yang semakin kompleks, ketahanan kognitif menjadi faktor fundamental dalam membangun sumber daya manusia yang adaptif, inovatif, dan produktif. Kemampuan individu untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, serta beradaptasi dengan perkembangan teknologi sangat bergantung pada berbagai determinan biologis, lingkungan, dan sosial. Dalam beberapa dekade terakhir, neurosains, nutrisi, neuroteknologi, dan kecerdasan buatan (AI) menjadi bidang yang saling beririsan dalam memahami dan mengoptimalkan fungsi otak manusia.
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa periode perkembangan otak pada anak dan remaja sangat dipengaruhi oleh status gizi dan stimulasi lingkungan. Nutrisi yang tidak adekuat selama 1.000 hari pertama kehidupan telah dikaitkan dengan penurunan volume otak serta gangguan neuroplastisitas yang berdampak pada keterlambatan kognitif jangka panjang. Stunting, yang merupakan indikator malnutrisi kronis, telah terbukti berkorelasi dengan penurunan IQ rata-rata sebesar 11 poin dan peningkatan risiko gangguan fungsi eksekutif pada masa remaja. Laporan dari UNICEF pada 2021 menunjukkan bahwa sekitar 149 juta anak di dunia mengalami stunting, dengan prevalensi di Indonesia mencapai 30,8% berdasarkan Riskesdas 2018.
Melalui webinar ini, peserta akan memperoleh pemahaman komprehensif mengenai hubungan multidisiplin antara neurosains, nutrisi, neuroteknologi, dan kecerdasan buatan dalam mendukung ketahanan kognitif. Dengan pendekatan berbasis bukti ilmiah, diskusi ini diharapkan dapat membuka wawasan baru dalam pengembangan kebijakan kesehatan, pendidikan, dan teknologi yang lebih terintegrasi, guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan global.
Dapat digunakan untuk mendeteksi pola degenerasi otak secara lebih akurat dan lebih awal.