Insan Medika Training Center

Spesifik Keprofesian

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Video Recording Surgery : Laparoscopic Resection of Sacrouterine endometriosis and Umbilical endometriosis where is role of dienogest

Patophysiology of Extragenital endometriosis

Long term management of extra genital endometriosis with Visane

Post Test

Endometriosis adalah kondisi medis kronis yang memengaruhi sekitar 10% wanita di seluruh dunia pada usia reproduksi. Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, menyebabkan peradangan, nyeri, dan masalah kesuburan. Penyebab pasti endometriosis belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan diyakini berperan. Meskipun endometriosis merupakan salah satu penyebab utama nyeri panggul kronis, banyak wanita mengalami keterlambatan diagnosis dan pengobatan yang memadai. Endometriosis didefinisikan sebagai penyakit ginekologi jinak yang ditandai dengan adanya jaringan endometrium ektopik di luar rahim (Hendarto, 2016). Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa usia rata-rata penderita endometriosis adalah 36-45 tahun (42.2%). Gejala umum yang dikeluhkan oleh wanita dengan endometriosis meliputi nyeri haid (dismenore), infertilitas, nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), nyeri panggul yang tidak terkait dengan siklus menstruasi, dan nyeri saat buang air kecil (disuria). Namun, beberapa penderita mungkin tidak menunjukkan gejala signifikan atau asimptomatik. Deteksi dini endometriosis masih menjadi tantangan karena sulitnya diagnosis melalui pencitraan. Diagnosis pasti seringkali memerlukan tindakan laparoskopi dan analisis histopatologi. Endometriosis mempengaruhi 5-10% populasi wanita usia subur atau sekitar 6 juta wanita di Amerika Serikat. Di Indonesia, prevalensinya belum dapat dipastikan karena kurangnya studi epidemiologis, tetapi data rumah sakit menunjukkan angka berkisar antara 13,6-69,5% pada kelompok wanita infertil. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, prevalensi endometriosis pada periode 2000-2005 adalah 68,47%, dengan kelompok usia terbanyak 30-34 tahun. Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung, gejala klinis yang paling sering dikeluhkan oleh pasien endometriosis adalah dismenore (59,5%).&nbsp; Patofisiologi endometriosis hingga kini belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa teori mengaitkannya dengan menstruasi retrograde, gangguan hormonal, imunologis, dan stres oksidatit. Akumulasi eritrosit di rongga peritoneal pada penderita endometriosis dapat menyebabkan kelebihan zat besi (iron overload), stres oksidatif, dan peradangan. Zat besi yang berlebihan ini disimpan dalam bentuk hemosiderin di dalam makrofag, yang disebut hemosiderofag, dan dapat menyebabkan peradangan kronis. Peradangan kronis ini berkontribusi pada gejala kram perut yang berlebihan atau dismenore. Stres oksidatif yang tinggi juga dapat mengaktifkan neutrofil dan makrofag untuk mensintesis sitokin proinflamasi yang memicu peradangan lebih lanjut. Endometriosis penting dalam ginekologi karena gejala klinisnya yang signifikan, lokasi anatomi yang terdampak, serta kerugian sosial ekonomi yang terus meningkat.

Endometriosis adalah kondisi medis kronis yang memengaruhi sekitar 10% wanita di seluruh dunia pada usia reproduksi. Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, menyebabkan peradangan, n...

Endometriosis Talk Part 4 - How To Manage Extragenital Endometriosis (Focus on Umbilical Endometriosis)

Tentang Seminar

Target Peserta

Tujuan Seminar

Kompetensi

Tanggal Pelaksanaan

No Kontak Penyedia Seminar

Konten Seminar

Ulasan Seminar dari Peserta