RS Akademik UGM

Spesifik Keprofesian

Manajemen Kesehatan

Psikologi Klinis

Ners Spesialis Keperawatan Jiwa

Dokter Spesialis Psikiatri

Pengantar mengenai BPD

Pengantar mengenai Borderline Personality Disorder

Sesi diskusi dan tanya jawab

Sesi diskusi dan tanya jawab terkait pengantar

tata cara penegakan diagnosa

Tata cara penegakan diagnosa

sesi diskusi 

Sesi diskusi dan tanya jawab terkait tata cara penegakan diagnosa

tata laksana penanganan

Tata laksana penanganan 

sesi diskusi

Strategi Terapi Berbasis Bukti dan Implementasi di Indonesia

Strategi Terapi Berbasis Bukti dan Implementasi di Indonesia dalam Menangani Borderline Personality Disorder

Sesi Diskusi dan tanya jawab

studi kasus

Studi kasus

pembahasan

Pembahasan hasil studi kasus

POST TEST

<p>Pada tanggal 4 Mei 2025 IPK Indonesia Wil. Jawa Barat menyelenggarakan Webinar Kupas Tuntas Borderline Personality Disorder PNPPK-1 di Fasyankes sebagai upaya untuk mensosialisasikan pentingnya mengaplikasikan PNPPK dalam pelayanan psikolog klinis, juga informasi terbaru terkait temuan-temuan di lapangan oleh psikolog klinis dalam mengaplikasikan PNPPK di berbagai setting layanan. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Updating: Aplikasi dan Evaluasi PNPPK-1 di Fasyankes ini, dibuat kegiatan yang bertujuan untuk mensosialisasikan masalah gangguan psikologis dan tata laksana penanganannya. Selain itu juga untuk meningkatkan kompetensi psikolog klinis secara lebih spesifik pada setiap gangguan psikologis yang ada di dalam buku PNPPK-1, dalam bentuk “Webinar”. Kegiatan webinar dilakukan dengan mengangkat judul “Kupas Tuntas Borderline Personality Disorder” yang diselenggarakan IPK Indonesia Wil. Jawa Barat pada tanggal 4 Mei 2025. Setiap individu memiliki cara unik dalam merasakan, berpikir, dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Namun, bagi sebagian orang, pola hubungan interpersonal dan emosi yang tidak stabil dapat menjadi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut dapat memunculkan Borderline Personality Disorder (BPD). Borderline Personality Disorder (BPD) adalah pola ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek, serta perilaku impulsif yang biasanya mulai hadir pada remaja usia 18 tahun. Gangguan ini dapat berkembang melalui interaksi antara faktor biologis, pengalaman hidup, dan lingkungan sosial. Individu dengan gangguan BPD menunjukkan fluktuasi kondisi dari sangat percaya diri hingga merasa tidak berdaya. Hal tersebut ditandai dengan buruknya kemampuan dalam menjalin hubungan yang stabil sehingga pada sebagian klien menunjukkan adanya perilaku menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, serta memunculkan risiko kerusakan fisik atau disabilitas tinggi. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor penyebab dan strategi penanganannya sangat penting untuk membantu individu dengan BPD menjalani kehidupan yang lebih seimbang. Borderline personality disorder dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan fisiologis. Individu yang memiliki anggota keluarga dekat seperti orang tua atau saudara kandung dengan borderline personality disorder memiliki kemungkinan lima kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan serupa dibandingkan dengan individu tanpa riwayat keluarga borderline personality disorder. Selain itu, adanya riwayat gangguan ini menimbulkan risiko lain seperti gangguan penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian antisosial, dan gangguan depresi atau bipolar. Penanganan borderline personality disorder dapat dilakukan dengan adanya kolaborasi antar profesi yaitu psikolog klinis, psikiater, dan perawat kejiwaan. Psikolog klinis berperan dalam mempertimbangkan penangan psikologis klien dengan membantu meningkatkan fungsi kehidupan sehari-hari dan keparahan dari gangguan klien, serta memastikan klien untuk terlibat dalam terapi dan memotivasi untuk berubah. Sedangkan peran farmakoterapi dalam penanganan ini tidak dapat digunakan secara spesifik. Obat antipsikotik hanya boleh digunakan pada penanganan borderline personality disorder jangka pendek, tidak diperkenankan untuk penanganan jangka menengah dan panjang. Selain itu, farmakoterapi juga digunakan dalam mempertimbangkan keseluruhan penanganan kondisi komorbid. Prevalensi populasi rata-rata borderline personality disorder diperkirakan 1,6%, bahkan bisa mencapai 5,9% pada usia remaja akhir/dewasa awal (&gt;18 tahun). Prevalensi yang terlihat pada layanan kesehatan umum seperti puskesmas dan dokter umum sebesar 6%, lalu pada layanan klinik kesehatan mental prevalensinya sebesar 10%, dan pada rumah sakit jiwa prevalensinya sebesar 20%. Prevalensi borderline personality disorder dapat menurun pada kelompok usia yang lebih tua. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa borderline personality disorder disebabkan oleh faktor genetik dan fisiologis sehingga dalam tata laksana penanganan baik asesmen, menegakkan diagnosa dan melakukan intervensi membutuhkan peran profesi lain seperti psikiater dan perawat kejiwaan.</p>

Pada tanggal 4 Mei 2025 IPK Indonesia Wil. Jawa Barat menyelenggarakan Webinar Kupas Tuntas Borderline Personality Disorder PNPPK-1 di Fasyankes sebagai upaya untuk mensosialisasikan pentingnya mengaplikasikan PNPPK dalam pelayanan psikolog klinis, jug...

Kupas Tuntas Borderline Personality Disorder Angkatan 1

Kupas Tuntas Borderline Personality Disorder Angkatan 1

Tentang Webinar

Target Peserta

Tujuan Webinar

Kompetensi

Tanggal Pelaksanaan

No Kontak Penyedia Webinar

Konten Webinar

Ulasan Webinar dari Peserta