RS Akademik UGM

Manajemen Kesehatan

Dokter Spesialis Psikiatri

Psikologi Klinis

Asesmen Kasus Adiksi

Asesmen Kasus adiksi, Pencegahan, & Penanganan (Adiksi Zat & Adiksi Perilaku)

Memahami Adiksi dan Gangguan Kesehatan Mental

Memahami Adiksi dan gangguan kesehatan mental yang terjadi bersamaan.

Intervensi Psikologis pada Kasus Adiksi Zat

Intervensi Psikologis pada Kasus Adiksi Zat.

Sesi Diskusi

POST TEST

<p>2. Latar Belakang Kegiatan. Saat ini seringkali kita mendengar, menyaksikan dan juga mungkin menangani langsung kasus-kasus adiksi. Kasus adiksi dapat sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang yang mengalaminya dan juga lingkungan orang-orang terdekat di dalam keluarga. Resiko adiksi tidak saja dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak dan remaja. Adiksi atau kecanduan bermain game dan media sosial dapat berakibat seseorang menjadi kurang produktif dan tidak mampu melakukan banyak hal secara optimal. Bermain game dan berselancar di internet juga cenderung memungkinkan seseorang terdampak kecanduan hal lain seperti game, pornografi, judi online dan lain-lain Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health organizations (WHO) resmi menetapkan Kecanduan game atau game disorder masuk ke dalam versi terbaru International Statistical Classification of Diseases (ICD) sebagai penyakit Gangguan Mental untuk pertama kalinya. Dalam versi terbaru ICD-11, WHO menyebut bahwa kecanduan game merupakan disorders due to addictive behavior atau gangguan yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan. “For the first time, in the International Classification of Diseases #ICD11, WHO is classifying gaming disorder as an addictive behaviour disorder so now we can measure how many people are affected”, (twitter @WHO yang dikutip Kementerian Kesehatan, Senin, 18 Juni 2024). Dikutip dari web resmi WHO, kecanduan game didefinisikan sebagai pola perilaku bermain, baik permainan online maupun offline (game digital atau video game) dengan beberapa tanda, sebagai berikut: 1) Tidak dapat mengendalikan keinginan bermain game; 2) Lebih memprioritaskan bermain game dibandingkan minat terhadap kegiatan atau&nbsp;aktivitas lainnya; 3) Seseorang terus bermain game meski ada konsekuensi negatif yang jelas terlihat. Kecanduan game terjadi apabila pola perilaku tersebut sangat kuat dan berdampak baik terhadap pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, maupun area penting lainnya, dan terlihat jelas selama setidaknya 12 bulan. Dengan dimasukkannya kecanduan game ke dalam ICD-11 akan meningkatkan perhatian profesional kesehatan terhadap risiko gangguan kesehatan atas pola perilaku tersebut, sehingga perlu pengembangan tindakan pencegahan dan pengobatan yang relevan. Selain kecanduan game, Adiksi Napza juga bukan hal asing, khususnya pada kehidupan remaja dan dewasa. Hingga saat ini, kecanduan zat-zat adiktif dan narkotika masih merupakan tantangan yang perlu penanganan intensif, sehingga pencegahannya menjadi sangat penting. Selain Napza dan Game, beberapa perilaku kecanduan lainnya juga sangat mengganggu, seperti perilaku merokok dan minum minuman beralkohol yang kerap merupakan pilihan perilaku coping di kalangan remaja dan mahasiswa. Para remaja yang dalam proses perkembangan psikologis yang belum matang, cenderung memilih perilaku yang tidak ideal dalam memilih perilaku coping menghadapi tekanan dan kesulitan hidup. Beberapa kecanduan yang dijelaskan diatas merupakan beberapa contoh kecanduan yang merusak kualitas hidup dan perkembangan psikologis anak dan remaja. Disisi lain, bukanlah hal mudah untuk individu yang sudah mengalami adiksi untuk lepas dari kecanduan yang dimiliki. Sehingga perlu upaya penanganan yang tepat, bahkan pencegahan yang masif untuk menanggulangi kondisi kecanduan pada anak dan remaja. Kecanduan dapat menciptakan perubahan dalam cara kerja otak, termasuk dalam sistem penguatan atau reward yang sering berperan dalam berbagai jenis perilaku. Zat dan perilaku yang adiktif menciptakan perasaan senang yang intens yang berfungsi untuk memperkuat pengalaman tersebut. Seiring waktu, otak beradaptasi dengan zat adiktif ini, mengubah sistem kimia otak. Hal ini memicu kebutuhan untuk menggunakan zat tersebut agar dapat terus mengalami perasaan menyenangkan yang sama. Penanganan bagi kasus-kasus adiksi tentu membutuhkan kecermatan. Penerapan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin perlu dilakukan. Dalam kasus-kasus adiksi, gejala fisik seringkali juga disertai gejala-gejala psikologis. Pada anak-anak di usia dini penanganan yang kurang cermat dapat memperparah kondisi emosional atau kemampuan regulasi emosi. Sedangkan pada usia remaja gejala-gejala seperti kecemasan dan depresi seringkalimenyertai perilaku kecanduan, baik pada Adiksi Perilaku maupun narkotika dan zat adiktif. Oleh sebab itu, pencegahan dan penanganan komprehensif menjadi penting dilakukan. Psikolog membutuhkan rujukan medis untuk menangani kasus-kasus adiksi. Berbagai hipotesis perlu dintegrasikan untuk dapat memberikan penanganan bagi anak dan remaja yang mengalami kasus adiksi seperti penyalahgunaan napza. Beberapa contoh hipotesis Biological Cause : Intoxication : konsumsi atau penggunaan alkohol atau obat-obatan dapat menyebabkan mabuk yang dapat menyebabkan perubahan dan gangguan pada status mental seseorang. Physical drug dependence : ketergantungan obat secara fisik menunjukkan kondisi fisik seseorang membutuhkan obat-obatan (napza) dan menunjukkan gejala putus obat ketika penggunaannya dibatasi. Sedangkan ketergantungan psikologis menunjukkan pengguna memiliki kebutuhan subyektif terhadap penggunaan obat (napza) untuk memenuhi kenyamanan dirinya. Addictive substances can mimic/cause psychiatric symptoms and syndromes : gejala putus obat dapat berupa kecemasan, depresi, paranoia dan insomnia. Bergantung obat-obatan(Napza) yang digunakan. Medical model of addiction : Adiksi alkohol dan Napza dipandang sebagai penyakit kronis pada otak yang dapat diobati, dengan periode kekambuhan yang mungkin terjadi. Demikian pula faktor genetik, menjadi bahan pertimbangan pada proses pengobatan. Beberapa teknik dan metode penanganan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya. Baik Adiksi Napza, Alkohol dan Perilaku membutuhkan tidak saja penanganan terkait kondisi fisik, tetapi juga simptom-simptom psikiatris yang menyertainya. Pada tahapan dan kasus-kasus tertentu, kasus adiksi membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Seringkali juga dibutuhkan penanganan atau rawat bersama. Selain itu, kasus-kasus adiksi sebetulnya membutuhkan keterlibatan yang lebih luas, misal dukungan orang tua, guru dan sekolah, komunitas teman sebaya dan juga lingkungan tempat tinggal. Penguatan di berbagai kelompok pendukung akan sangat membantu dalam proses penanganan, pencegahan kekambuhan dan juga pencegahan pada kelompok anak dan remaja secara luas. Salah satu bentuk terapi yang biasa dilakukan dalam menangani Adiksi Perilaku adalah Cognitif Behavior Therapy (CBT). Pendekatan psikoterapi CBT, membantu individu belajar cara mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang merusak atau mengganggu,yang berdampak negatif pada perilaku dan emosi mereka. CBT menggabungkan terapi kognitif dengan terapi perilaku dengan mengidentifikasi pola pikir, respons emosional, atau perilaku yang tidak adaptif dan menggantinya dengan pola yang lebih diinginkan. Secara medis, kasus adiksi tentu membutuhkan perlakuan atau penanganan terapi farmakologi yang sesuai dengan kebutuhan. Psikolog wajib memahami reaksi-reaksi obatobatan yang diberikan sesuai dengan fase-fase penanganan kasus, sehingga mampu menyesuaikan sesi terapi yang sejalan dan mendukung pada perubahan perilaku, cara berpikir dan emosional penderita</p>

2. Latar Belakang Kegiatan. Saat ini seringkali kita mendengar, menyaksikan dan juga mungkin menangani langsung kasus-kasus adiksi. Kasus adiksi dapat sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang yang mengalaminya dan juga lingkungan orang-orang terdeka...

PENANGANAN KASUS ADIKSI PADA ANAK DAN REMAJA Sebagai Upaya Penanganan dan Pendampingan Berkelanjutan bagi Individu dengan Adiksi Angkatan 1

PENANGANAN KASUS ADIKSI PADA ANAK DAN REMAJA Sebagai Upaya Penanganan dan Pendampingan Berkelanjutan bagi Individu dengan Adiksi Angkatan 1

Tentang Seminar

Target Peserta

Tujuan Seminar

Kompetensi

Tanggal Pelaksanaan

No Kontak Penyedia Seminar

Konten Seminar

Ulasan Seminar dari Peserta