Pusdiklat PKU Muhammadiyah

Semua Profesi Nakes

Deteksi Dini dan Tatalaksana BBLR

Asuhan Keperawatan dan Tatalaksana Perawatan BBLR

Asuhan Kebidanan dan Peran Bidan dalam Pencegaham BBLR

Asuhan Kebidanan dan Peran Bidan dalam Pencegahan BBLR

Managemen Pemberian Zat Gizi pada BBLR

Manajemen Pemberian Zat Gizi Pada BBLR

Berat lahir merupakan indikator penting untuk mengukur status gizi bayi. Bayi dikategorikan memiliki berat lahir rendah jika berat badannya ketika lahir &lt;2500 g. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) merupakan masalah serius pada periode neonatal yang harus ditangani secara tepat. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) memiliki risiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, penundaan perkembangan saraf otak, dan penyakit lainnya pada tahap perkembangan. Dampak lain dari kasus BBLR adalah meningkatnya kematian neonatal secara global sekitar 60-80%.Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat berdampak serius pada kesehatan bayi, termasuk stunting. Berdasarkan estimasi WHO dan UNICEF, prevalensi prematur di Indonesia sekitar 10%. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sebesar 6,1%, dan terdapat 23,6% bayi BBLR yang tidak mendapatkan perawatan secara khusus. Penanganan yang tepat pada BBLR dapat menurunkan angka kematian bayi. Provinsi Papua Tengan menduduki peringkat pertama kejadian BBLR yaitu 8,0%, sedangkan provinsi yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling rendah adalah Provinsi Jambi (2,7%)Bayi BBLR mempunyai peluang lebih kecil untuk bertahan hidup dan lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa. BBLR cenderung mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi mental, serta lebih mudah mengalami infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian. Dampak lain yang muncul pada orang dewasa yang memiliki riwayat BBLR yaitu berisiko menderita penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan beban ekonomi individu dan Masyarakat.Berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan BBLR, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mempercepat tingkat gizi melalui program ‘Scaling Up Nutrition (SUN)’ pada rencana pembangunan jangka panjang (2005-2025), pemerintah Indonesia berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan melalui pemenuhan gizi bagi ibu hamil hingga bayi berusia dua tahun. Pemerintah melakukan sinergi lintas sektor melalui langkah- langkah konkret untuk meningkatkan produksi pangan, pengolahan, dan konsumsi yang memenuhi kebutuhan gizi. Pemerintah juga berupaya meningkatkan kesadaran gizi, promosi, pendidikan tentang aktivitas fisik dan kesehatan, serta akses kepada layanan gizi berbasis sains dan teknologi berkualitas. Berbagai upaya ini akan memberikan dampak secara luas apabila pemerintah mampu menyasar target spesifikAnalisis lebih lanjut menemukan bahwa perempuan di daerah perkotaan memiliki peluang lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan perempuan di daerah pedesaan. Sebagaimana hasil penelitian sebelumnya, tingginya kasus BBLR di daerah perkotaan dapat dikaitkan dengan tingginya polusi udara di daerah tersebut. Disamping itu, Pendidikan juga berkaitan dengan kasus BBLR di Indonesia, yang mana potensi BBLR lebih besar terjadi pada perempuan dengan riwayat pendidikan rendah. Pendidikan memang terbukti sebagai salah satu faktor protektif bagi perempuan untuk dapat menjalani kehamilan yang lebih baik dan mencegah kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Menurut usia ibu, potensi BBLR cenderung lebih tinggi pada perempuan usia 45-49 tahun. Karakteristik lain yang mewakili perempuan dengan risiko tinggi melahirkan bayi BBLR adalah perempuan yang belum pernah menikah, berpendidikan rendah, tidak bekerja, primipara, dan miskin.Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, salah satu faktor terjadinya stunting pada bayi usia 0-11 bulan adalah bayi BBLR, prematuritas dan penyakit infeksi. Hal yang sangat perlu dilakukan adalah deteksi dini. Deteksi dini ini perlu dilakukan sebelum hamil untuk menghindari ibu hamil dengan berbagai faktor risiko serta mencegah BBLR dan stunting pada bayi. Pencegahan BBLR dan stunting juga perlu dilakukan melalui intervensi sebelum hamil dan ketika hamil. Intervensi sebelum hamil dilakukan dengan cara skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah. Sedangkan intervensi padaibu hamil dengan cara melakukan pemeriksaan minimal enam kali selama hamil, mengonsumsi tablet tambah darah, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis).Berdasarkan fakta tersebut, maka pendeteksian dini terhadap faktor risiko kejadian BBLR perlu dilakukan. Oleh karena itu, kami mengadakan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang Tatalaksana Terkini BBLR. Selain itu, kami juga bermaksud untuk membangun tali silaturahmi antar seluruh praktisi kesehatan, tenaga pendidik, dan masyarakat umum di seluruh wilayah Indonesia

Berat lahir merupakan indikator penting untuk mengukur status gizi bayi. Bayi dikategorikan memiliki berat lahir rendah jika berat badannya ketika lahir &lt;2500 g. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) merupakan masalah serius pada periode neonatal yang haru...

Webinar Tatalaksana Terkini BBLR

Tentang Webinar

Target Peserta

Tujuan Webinar

Kompetensi

Tanggal Pelaksanaan

No Kontak Penyedia Webinar

Konten Webinar

Ulasan Webinar dari Peserta