RSI Sultan Agung

Spesifik Keprofesian

Peningkatan Kinerja Organisasi

Pegawai Kementerian Kesehatan

Tenaga Vokasi Farmasi Level 5

Tenaga Vokasi Farmasi Level 6

Tenaga Vokasi Analis Farmasi  dan Makanan Level 5

Apoteker

Tenaga Vokasi Farmasi

The Role of Lactulose in Adult Constipation

Konstipasi, from bench to bedside

From Ulcers to Constipation

Ulkus, from bench to bedside

Materi Penggunaan obat

Penggunaan Obat di Ranah Gangguan Pencernaan Khususnya Konstipasi dan Ulkus Peptikum

Pengobatan untuk Penanganan Pencernaan dan Konstipasi

Pengobatan untuk Penanganan Gangguan Pencernaan khususnya Konstipasi dan Ulkus peptikum dengan Sedian Lactulosa dan Sucralfate

Standar Pelayanan Kefarmasian merupakan pedoman krusial dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas. Pelayanan kefarmasian didefinisikan sebagai bentuk pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien terkait dengan sediaan farmasi, bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien melalui penggunaan obat yang tepat, aman, dan efektif (Tuwongena et al., 2021). Sebagai salah satu pilar dalam sistem kesehatan, tenaga kefarmasian memainkan peran strategis dalam memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan mampu berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup pasien.&nbsp;Tenaga vokasi farmasi, sebagai bagian integral dari tenaga kesehatan, memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin bahwa pelayanan kefarmasian yang diberikan sesuai dengan standar dan regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dijelaskan bahwa tujuan dari penerapan standar pelayanan kefarmasian adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, memberikan kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, serta melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional guna menjamin keselamatan pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Dengan demikian, standar ini menekankan pentingnya pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik yang melibatkan interaksi langsung antara tenaga kefarmasian dan pasien. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan penggunaan obat yang rasional dan aman, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep keselamatan pasien (patient safety).&nbsp;Dalam praktik pelayanan kefarmasian, salah satu permasalahan klinis yang sering dihadapi adalah gangguan pencernaan khususnya konstipasi dan ulkus. Gangguan pencernaan khususnya konstipasi dan ulkus sering kali memerlukan intervensi farmakoterapi yang efektif serta pemantauan yang ketat. Menurut penelitian dari Azim Zulfi dkk (2023) prevalensi penderita ulkus peptikum di Amerika adalah 10% dan insiden di Indonesia sendiri mencapai 4,9%, sedangkan menurut penelitian Bardosono S dkk (2020) prevalensi konstipasi di beberapa negara Asia yaitu Cina, Korea, Hong Kong dan India, bervariasi antara 8,2 – 16,8%. Di Indonesia sendiri belum ada data prevalensi konstipasi, tetapi konstipasi fungsional pada pekerja perempuan di Jakarta mencapai 52,9%. Penyakit ulkus peptikum tidak bisa diremehkan tanpa ada perhatian khusus, karena dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan di dalam tubuh, infeksi ulkus peptikum, penderita meras kenyang dengan mudah, muntah dan menurunkan berat badan, baik melalui pembengkakan dari peradangan atau jaringan perut. Konstipasi memicu aktivitas mengejan berkepanjangan dan meningkatkan risiko hemoroid baik akut maupun kronis, sedangkan keluarnya feses yang keras dapat menyebabkan lukanpada anus atau fisura ani. Dalam konteks ini, tenaga kefarmasian, khususnya tenaga vokasi farmasi, memiliki peran penting dalam membantu mengelola penggunaan obat-obatan yang terkait dengan penanganan gangguan pencernaan khusunya konstipasi dan ulkus peptikum, sembari memastikan bahwa prinsip keselamatan pasien tetap diutamakan.&nbsp;Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada tenaga kefarmasian, terutama tenaga vokasi farmasi, mengenai tatalaksana gangguan pencernaan khususnya konstipasi dan ulkus peptikum dengan pendekatan berbasis keselamatan pasien. Seminar nasional ini bertujuan untuk membekali tenaga kefarmasian dengan pengetahuan terbaru mengenai manajemen gangguan pencernaan khususnya konstipasi dan ulkus peptikum, serta meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pelayanan farmasi yang aman, rasional, dan berkualitas. Seminar ini juga diharapkan mampu memberikan platform diskusi dan berbagi pengalaman terkait penanganan kasus klinis, sehingga dapat meningkatkan kompetensi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien.&nbsp;Melalui seminar ini, RSI Sultan Agung Smearang berkerjasama dengan&nbsp;PC PAFI Kota Semarang berharap dapat memperkuat peran tenaga kefarmasian dalam mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta memastikan bahwa seluruh tenaga vokasi farmasi mampu berkontribusi secara optimal dalam tatalaksana gangguan pencernaan khususnya konstipasi dan ulkus&nbsp;peptikum, dengan tetap mengutamakan keselamatan pasien sebagai prioritas utama.

Standar Pelayanan Kefarmasian merupakan pedoman krusial dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas. Pelayanan kefarmasian didefinisikan sebagai bentuk pelayanan langsung yang bertanggung jawab kepada pasien terkait dengan sediaan farm...

Peran Tenaga Kefarmasian dalam Tatalaksana Penyakit Gangguan Pencernaan  From Constipation to Ulcers Understanding the Mechanisms of Lactulose and Sucralfate in Gastrointestinal Care

Peran Tenaga Kefarmasian dalam Tatalaksana Penyakit Gangguan Pencernaan From Constipation to Ulcers Understanding the Mechanisms of Lactulose and Sucralfate in Gastrointestinal Care

Tentang Seminar

Target Peserta

Tujuan Seminar

Kompetensi

Tanggal Pelaksanaan

No Kontak Penyedia Seminar

Konten Seminar

Ulasan Seminar dari Peserta