Kemajuan dalam perawatan perinatal dan neonatal telah secara signifikan mengurangi angka kesakitan dan kematian neonatal. Hasil pada bayi yang sakit telah membaik secara signifikan, sebagian besar karena perawatan intensif bayi baru lahir yang lebih efektif dan dukungan pernapasan dan kardiovaskular yang agresif. Pengenalan ventilasi mekanis yang meluas di Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) selama tahun 1960-an dan 1970-an dan penggunaannya yang bijaksana sejak saat itu, telah merevolusi hasil dan kelangsungan hidup bayi baru lahir yang sakit. Sebagian besar neonatus yang dirawat di NICU memerlukan ventilasi mekanis; dan neonatus yang menggunakan ventilasi mekanis memiliki tingkat kematian yang tinggi. Tingkat kelangsungan hidup pada neonatus yang menggunakan ventilasi buatan dilaporkan sebesar 64% oleh Trotman dan 67,9% oleh Karthikeyan dan Hossain meskipun kelangsungan hidup neonatus tersebut lebih tinggi di negara-negara maju. Variasi dalam mortalitas ini telah dikaitkan dengan kemajuan teknologi biomedis yang lebih banyak di negara-negara maju. Berbagai penelitian di negara-negara berkembang telah menunjukkan tingkat mortalitas dalam kisaran 40–60% pada bayi yang menggunakan ventilasi. Meskipun ventilasi mekanis tersedia, mortalitas masih tinggi pada neonatus yang sakit. Jadi untuk meningkatkan angka kematian pada neonatus yang menggunakan ventilator, identifikasi faktor prognosis buruk dan penanganannya menjadi hal yang wajib.
Ventilasi mekanis (MV) menyelamatkan nyawa banyak bayi prematur yang memerlukan bantuan pernapasan pada masa bayi baru lahir. Tujuan utama ventilasi mekanis invasif adalah untuk memperbaiki fungsi paru yang terganggu, memulihkan pertukaran gas yang adekuat, dan mengurangi kerja pernapasan. Sayangnya, ventilasi mekanis invasif juga memiliki efek samping, dengan cedera paru akibat ventilator (VILI) sebagai salah satu yang terpenting. Penelitian pada hewan telah mengidentifikasi faktor risiko terpenting untuk VILI:1 volutrauma: distensi paru yang berlebihan pada akhir inspirasi yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan volume tidal (VT) yang tinggi; atelektotrauma: pembukaan dan kolaps berulang pada unit paru yang tidak stabil dan distensi berlebihan regional akibat redistribusi VT yang diberikan; toksisitas oksigen: stres oksidatif dalam lingkungan dengan kapasitas antioksidan yang berkurang. Telah ditunjukkan bahwa VILI diperburuk oleh disfungsi surfaktan dan peradangan paru.
Ventilasi mekanis melibatkan pemahaman mendalam tentang mekanika pernapasan, parameter ventilator, serta penyesuaian sesuai kondisi klinis pasien. Kesalahan dalam pengaturan dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti barotrauma, volutrauma, atau infeksi terkait ventilator. Oleh karena itu, setiap praktisi kesehatan yang merawat bayi baru lahir harus dapat mengenali tanda dan gejalanya sesak napas, membedakan etiologinya, dan segera memberikan tatalaksana alat bantu napas yang sesuai dengan kondisi bayi baru lahi menangani kasus gangguan pernapasan kompleks, baik di ruang gawat darurat, ICU, maupun selama transportasi medis.
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan tenaga medis, termasuk perawat, dokter umum, dokter spesialis anak, dan konsultan neonatologi, dalam manajemen gangguan pernapasan pada neonatus di unit perawatan intensif. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam menerapkan ventilasi mekanik, sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan dan hasil klinis pada bayi dengan gangguan pernapasan.
Workshop NICU Essential Series: Mechanical Ventilation Support from RDS to BPD